Feminisme dan pengertiannya
Feminisme
Pengertian
dan Latar Belakang Munculnya Feminisme
Ketika ada semacam dikotomi identitas dalam diri
manusia baik secara sex maupun gender, apakah salah satu pihak wanita maupun laki-laki
merasa dirugikan atau diuntungkan ketika terlahir sebagai salah satunya. Jika
kita melihat sejarah, salah satu posisi (posisi sebagai laki-laki atau wanita)
ada yang diuntungkan dan dirugikan. Laki-laki dalam sejarah posisinya selalu
diuntungkan, akan tetapi berbeda dengan wanita yang selalu dirugikan ketika
lahir sebagai perempuan. Sebagai contoh pada masa yunani kuno, perempuan tidak
diakui sebagai masyarakat politik, posisi perempuan disamakan dengan budak yang
tidak memiliki hak dalam politik. Timbul suatu pertanyaan ketika melihat posisi
wanita sebagai wanita yang sangat dirugikan, faktor apa yang menyebabkan posisi
wanita dirugikan dan mengapa ini bisa terjadi? Secara biologis wanita memang
berbeda dengan laki-laki tetapi, apakah secara gender keduanya berbeda? Gender
menurut Judith Butler bersifat performatif dan identitas
gender seseorang dihasilkan melalui penampilan dan permainan peran. Gender
merupakan suatu produk dari budaya yang bersifat alami atau kodrati. Artinya,
ketika gender laki-laki di identikan dengan karakter pintar, kuat, egois
sedangkan perempuan di identikan orang yang lemah, penyabar, lambat dalam
bernalar merupakan hasil dari budaya.
Dari bias gender seperti inilah mengapa manusia yang
memiliki identitas perempuan kurang diuntungkan. Karena wanita lemah, lambat
dalam bernalar peran wanita di setiap kehidupan (politik, budaya dan lain
sebagainya), di subordinasikan, dimarjinalkan akibatnya, budaya patriarki muncul
dan hak-hak perempuan sebagai manusia teralienasi. Dari bias gender ini pula
pembedaan, ketimpangan bahkan penindasan gender ada dan dari titik tolak inilah
wanita melakukan gerakan emansipatoris yang disebut feminisme.
Sejarah dan Perkembangan Feminisme
Diskriminasi terhadap perempuan atas dasar prasangka-prasangka
yang dikaitkan dengan perbedaan gender telah menjadi pusat perhatian feminisme.
Gerakan feminisme sebenarnya sudah ada sejak masa pencerahan di Eropa tepatnya
di Belanda (1785), yang dimotori oleh Lady Mary Wortley Mountagu dan
Marquis den Condoret. Gerakan pada masa ini bisa dikatakan sebagai gerakan
awal feminisme di Eropa, meskipun tidak terkonsep secara sistematis.
Perjuangagan yang diusung pada masa ini adalah memperjuangkan Universitas yaitu
semacam perjuangan berdasarkan ikatan persaudaraan wanita (sisterhood).
Kata feminisme sendiri baru ditemukan sekitar tahun
1837 oleh filsuf sosialis utopis Charles Fourier. Kata feminisme
pertama kali digunakan bahasa inggrisnya pada tahun 1870 untuk menunjukan
perjuangan kaum perempuan dalam rangka meraih kesempatan yang sama. Sejarah
feminisme dibagi menjadi dua gelombang yaitu gelombang pertama dan gelombang
kedua yang memiliki program berbeda.
Feminisme gelombang pertama (abad 18-pra 1960) mulai
muncul ketika datangnya era liberalisme di Eropa dan terjadinya “Revolusi
Prancis” yang kemudian melanda Amerika. Feminisme di Eropa kurang bergema
dibandingkan di Amerika, di Amerika setelah terjadi revolusi sosial dan politik
terhadap perempuan mulai terasa pada tahun 1792 adalah Mary Wollstonecraft yang
mempengaruhi feminisme di Amerika. Didalam karyanya A vindicationof the
right of woman (1792) yang dipengaruhi oleh Revolusi Amerika (1776)
dan Revolusi Prancis (1789) dalam menerapkan prinsip-prinsip demokrasi terhadap
perjuangan perempuan untuk tujuan emansipasi. Wollstonecraft berpendapat
bahwa pria dan wanita memiliki kemampuan yang sama didalam menalar. Hal
ini mendasarkan bahwa ketika wanita diberi pendidikan maka kemampuan nalar pria
dan wanita sama. Ide-ide Wollstonectraft dalam AVindication Of The
Right Of Woman berisikan prinsip dasar feminisme dikemudian hari.
Usaha yang lebih terorganisir dan terfokus pada tahun
1850-an (masih gelombang pertama- penulis) sebagai bagian dari mobilisasi
menentang perbudakan dan mendukung hak-hak politik untuk kelas menengah, dan
memobilisasi masif untuk hak pilih perempuan dan reformasi undang-undang
kewarganegaraan dan industrial diawal abad 20, khususnya di Era Progresif yakni
di Amerika Serikat.
Feminisme gelombang kedua muncul setelah perang Dunia
ke II yang ditandai lahirnya Negara- Negara baru yang terbebas dari penjajah
Eropa tepatnya pada tahun 1950, pada masa ini perempuan mendapatkan hak pilih
dan ikut mendiami ranah politik kenegaraan. Betty Friedan (1963) adalah
tokoh feminisme gelombang kedua yang bisa dianggap berpengaruh dalam gerakan
feminisme gelombang kedua. The Feminisme Mystuque karya Betty
Frieden memainkan peran penting dalam mendorong terbentuknya konstitusi
mengenai pelbagai penumbuhan kesadaran berjaringan bagi perempuan.
Akibat karya Betty Frieden munculah
perundang-undanagan tentang ”Equalitypay Right and Equal Right Act (hak pilih
dalam segala bidang). Meskipun feminisme telah berada dititik kuliminasi
perjuangannya, baik feminisme gelombang pertama dan kedua masih memiliki
kelemahan, agenda perjuangannya belum seutuhnya untuk kaum perempuan,
nilai-nilai (kulit) putih, kelas menengah merupakan identitas untuk feminisme
gelombang satu dan dua. Bagaimana dengan perempuan dunia ke-3, yang
berkulit hitam kelas bawah? Dari permasalahan inilah feminisme setelah
gelombang ke dua berafiliasi, pemikiran feminis mutaakhir telah menyimpang dari
norma-norma Barat, kulit putih dan heteroseksual dan dengan mengalamatkan
isu-isu keadilan gender pada isu ras dan etnisitas.
Aliran-aliran Dalam Feminisme
Feminisme memiliki banyak aliran-alirannya, meskipun
ada perbedaan fundamental di sekian banyak kategori-kategori tentang teori
feminisme, secara umum mereka menaruh perhatian terhadap kedudukan wanita dalam
masyarakat.
1. Feminisme Liberal
Akar teori feminis liberal bertumpu pada rasionalitas
dan kebebasan. Feminisme liberal (misalnya Frieden, 1963) berpandangan bahwa
perempuan dapat menaikan posisi mereka dalam keluarga dan masyarakat melalui
kombinasi inisiatif dan prestasi individu (misalnya pendidikan tinggi), diskusi
rasional dengan kaum laki-laki khususnya suami, yang dapat dikonsepsikan
sebagai upaya memperbaiki peran gender mereke. Feminisme liberal merupakan
feminis mayoritas di Amerika, metode politik liberal sering di apliasikan
dengan gerakan ini.
2. Feminisme Radikal
Feminisme Radikal muncul di tahun 1970-an. Aliran ini
muncul di Cicago, feminisme radikal bisa dianggap sebagai antitesis dari
feminisme liberal. Feminisme radikal berpandangan bahwa feminis perlu
meruntuhkan atau secara radikal memperbaiki keluarga dan menciptakan
budaya non misigonis, dimana perempuan tidak dijadikan obyek.
Aliran ini bertumpu pada pandangannya bahwa penindasan perempuan karena akibat
sistem patriarki.
3. Feminisme Sosialis
Feminis Sosialis menekankan aspek gender dan ekonomis
dalam penindasan kaum perempuan. Seperti yang dikatakan Zillah
Eisenstasi dan Heidi Hartman bahwa perempuan tidak dapat meraih
keadilan sosial tanpa membubarkan patriarki dan kapitalisme. Pada umumnya
mereka setuju bahwa Marxisme dan Feminisme harus bersatu agar dapat
memperjuangkan kondisi perempuan saat ini dan bahkan perempuan dapat dilihat
sebagai penghuni kelas ekonomi dalam pandangan Mark dan kelas seks, sebagaimana
disebut oleh Shulamith Firestone. Artinya, perempuan menampilkan
pelayanan berharga bagi kapitalisme baik sebagai pekerja maupun isteri yang
tidak menerima upah atas kerja domestik mereka. Feminis sosialis berpandangan
bahwa perempuan tertindas baik oleh modal, yang tidak memberikan upah bagi
kerja domestik mereka, dan oleh suami atau pacar, yang memperlakukan mereka
sebagai pelayan resmi mereka.
Daftar Pustaka
·
Dani
Carvallo, Critical and Cultural Theory, (Yogyakarta: Niagara,
2004).
·
George Goodman
Ritzer, Douglas J, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencana, 2004).
·
Williams,
Leonard, Losco, Jakarta: Raja Grapindo, 2005.
·
Megawangi, Ratna (1999). Membiarkan
Berbeda: Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender. Bandung: Mizan. Cet. I.
Mulia, Siti Musdah (2004).
·
Islam Menggugat Poligami. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Cet. I.
Komentar